Dikutip dari P2PTM Kemenkes RI, Menteri Kesehatan RI Nila F. Moeloek (2018) mengatakan bahwa permasalahan stunting di Indonesia bukan hanya permasalahan di sektor kesehatan saja, akan tetapi permasalahan yang harus diselesaikan Bersama. Menkes Nila F. Moeloek juga mengingatkan betapa ruginya bangsa ini apabila masih ada stunting di Indonesia. “Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun negeri ini. Untuk itu mari bersama kita menuntaskan permasalahan stunting secara holistik dan terintegrasi”.
Stunting merupakan kondisi masalah gizi kronis yang ditandai dengan kurangnya tinggi atau panjang badan anak yang disertai dengan kurangnya kemampuan kognitif pada anak. Salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak adalah berat badan yang tidak naik secara terus menerus atau tidak sesuai dengan kenaikan berat badan minimal (KBM). Dilansir dari WHO, pertumbuhan pada anak merupakan penanda kuat pertumbuhan yang sehat, mengingat hubungannya dengan risiko kelahiran dan kematian, penyakit tidak menular, serta kapasitas belajar dan produktivitas.
Menurut WHO, sekitar 22.2% atau 150.8 Juta balita di dunia mengalami stunting. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa proporsi status stunting di Indonesia adalah 30.8%, Masalah gizi disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi yang dapat digambarkan dengan melihat kenaikan berat badan balita.
Dalam penanganan stunting di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan intervensi gizi spesifik. Adapun bentuknya meliputi Suplementasi gizi makro dan mikro (tablet tambah darah, Vitamin A, taburia); pemberian ASI Eksklusif dan makanan pendamping ASI; Fortifikasi; Kampanye gizi seimbang; Pelaksanaan Kelas ibu hamil; pemberian Obat Cacing; Penanganan kekurangan gizi; dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Selain itu juga terdapat 5 tips untuk mencegah terjadinya stunting diantaranya:
- Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil. Cara yang relatif ampuh untuk mencegah stunting adalah memenuhi gizi ibu dan anak sejak masa kehamilan. Disarankan agar perempuan yang hamil selalu mengonsumsi makanan sehat atau suplemen berdasarkan rekomendasi dokter. Selain itu, perempuan hamil juga disarankan untuk rutin memeriksakan kondisinya pada dokter atau bidan. Salah satu kondisi yang menjadi perhatian adalah kadar hemoglobin dalam darah yang apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan anemia. Pada ibu hamil, anemia mengganggu kesehatan dan meningkatkan risiko hasil yang merugikan ibu dan bayi. Anemia mempengaruhi setengah miliar wanita usia reproduksi di seluruh dunia. Pada tahun 2011, 29% (496 juta) wanita tidak hamil dan 38% (32,4 juta) wanita hamil berusia 15-49 tahun menderita anemia.
PT Isotekindo Intertama menyediakan alat POCT (Point Of Care Test) untuk pemeriksaan kadar Hemoglobin dalam darah yang praktis dan nyaman digunakan karena hanya membutuhkan sampel yang sedikit (1µL). Selain itu alat ini merupakan alat berteknologi biosensor pertama di Indonesia. Alat yang dimaksud adalah HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter.
Fitur unggulan dan manfaat lainnya adalah:
- HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter membutuhkan hanya 1μL darah. Rentang pengukurannya lebar, 4,0-24,0 g/dL akan membuat HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter sangat memudahkan pemantauan hemoglobin baik dalam kondisi rendah maupun tinggi.
- HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter hanya perlu waktu 5 detik, HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter dapat melakukan pembacaan hemoglobin dalam darah dalam waktu yang sangat singkat sehingga lebih efisien.
- HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter bervolume sampel yang sedikit 1µL darah utuh. Dengan jumlah sampel yang sangat sedikit dan menggunakan sel darah utuh (whole blood),HemoSmart GOLD Hemoglobin Screening Meter dapat menunjukkan profil hemoglobin dalam darah secara akurat, sehingga meminimalkan risiko rasa sakit yang berlebihan dalam pengambilan sampel tes darah.
2. Bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, mengatakan bahwa ASI berpotensi mencegah terjadinya stunting pada anak. Oleh sebab itu, para ibu disarankan untuk memberikan ASI secara eksklusif pada anak selama enam bulan. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada ASI mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang masih rentan.
3. MPASI sehat untuk mendampingi pemberian ASI. Saat bayi menginjak usia enam bulan lebih, ibu disarankan untuk mulai memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Pastikan makanan-makanan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mikro dan makro untuk mencegah stunting.
4. Konsisten memantau pertumbuhan anak. Orangtua harus terus memantau pertumbuhan buah hati mereka, terutama berat badan dan tinggi anak. Bawalah anak ke Posyandu atau klinik anak secara berkala agar langkah penanganan bisa segera dilakukan jika ada masalah kesehatan.
5. Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit, apalagi jika lingkungan di sekitarnya kotor. Faktor ini dapat a5. Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit, apalagi jika lingkungan di sekitarnya kotor. Faktor ini juga dapat meningkatkan risiko stunting. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan lingkungan rumah selalu bersih dan aman agar anak dapat terus tumbuh sehat serta meningkatkan risiko stunting. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan lingkungan rumah selalu bersih dan aman agar anak dapat terus tumbuh sehat.
Referensi:
- Insert Pack Hemosmart GOLD Hemoglobin Screening Meter.
- P2PM Kemenkes Indonesia (2018). Sinergi Bersama dalam Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
- UNICEF (2019). Strategy For Stunting Reduction and Prevention.
- WHO (2019). Global Target Stunting Prevention.