Seorang dokter akan memberikan beberapa tes kesehatan kepada ibu hamil untuk memeriksa adanya masalah kesehatan yang mungkin mempengaruhi kesehatan bayi & ibunya. Salah satunya adalah pemeriksaan tuberkulosis (TB), yaitu penyakit infeksi bakteri yang biasanya menyerang paru-paru. Penyakit ini dapat membahayakan bayi & ibu apabila tidak diobati dengan tepat.
TB Laten vs TB Aktif. Manakah yang lebih berbahaya bagi bayi?
Wanita hamil bisa saja terkena TB tanpa mengetahuinya, kejadian seperti inilah yang disebut dengan TBC laten. Namun jika ibu hamil mengidap TB aktif, maka akan muncul gejala seperti batuk berminggu-minggu, berat badan turun, dahak berdarah, dan keringat malam. Bentuk aktif dari penyakit ini bisa menjadi lebih serius. Baik TB aktif maupun laten, sama-sama dapat membahayakan bayi. Contoh dampak yang ditimbulkan:
- Berat bayi akan lebih ringan dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang sehat
- Terlahir dengan TB (jarang terjadi)
- Tertular TB dari ibu setelah melahirkan (jika penyakitnya masih aktif dan ibu tidak diobati)
Seorang wanita hamil yang didiagnosis menderita TB mungkin khawatir jika obat-obatan akan membahayakan bayinya yang belum lahir. Namun, penyakit TB akan semakin parah jika dibiarkan begitu saja dan tidak diobati. Obat yang akan diresepkan untuk ibu hamil akan tergantung pada jenis TB yang dideritanya. Meskipun obat yang digunakan dalam rejimen pengobatan awal untuk TB melewati plasenta, obat tersebut tampaknya tidak memiliki efek berbahaya pada janin.
Pengobatan TB Selama Kehamilan
Gambar 1. Ilustrasi
- TB Laten
Jika tidak ada gejala tetapi tes menunjukkan bahwa wanita hamil menderita TB Laten, kemungkinan besar dokter akan meresepkan obat yang disebut isoniazid. Isoniazid perlu diminum setiap hari selama 9 bulan, atau hanya dua kali seminggu selama waktu tersebut. Lalu mengonsumsi juga suplemen vitamin B6 secara bersamaan, atau minum kombinasi obat isoniazid dan rifampisin selama 3 bulan.
- TB Aktif
Biasanya, pertama-tama dokter akan meresepkan tiga obat: isoniazid, rifampisin, dan etambutol dan perlu meminum ketiganya setiap hari selama 2 bulan. Selama sisa masa kehamilan, ibu hamil cukup mengonsumsi isoniazid dan rifampisin saja, baik setiap hari maupun dua kali seminggu.
- HIV dan TB
Ibu hamil dengan TB yang koinfeksi dengan HIV akan diberikan pengobatan yang sama dengan penderita yang tidak hamil, tetapi dengan pertimbangan tambahan. Diskusi dengan dokter untuk memahami pilihan yang paling aman untuk bayi dan ibu.
- Komplikasi
Jika obat lini pertama tidak bekerja melawan TB, ibu hamil mungkin memiliki bentuk penyakit yang resistan terhadap obat. Dokter dapat merekomendasikan untuk beralih ke obat lini kedua. Beberapa obat lini kedua tidak aman dikonsumsi selama kehamilan karena dapat menyebabkan cacat lahir dan masalah lainnya. Jika ibu hamil membutuhkan pengobatan lini kedua, mereka mungkin perlu menghindari atau menunda kehamilan. Untuk kasus ini, ibu hamil perlu melakukan konseling bersama dengan dokter.
- Menyusui
Wanita yang sedang mendapatkan pengobatan dengan antituberkulosis lini pertama masih bisa menyusui bayinya karena konsentrasi obat ini dalam ASI terlalu kecil untuk menghasilkan toksisitas pada bayi baru lahir yang menyusui.
Diagnosis dini dan pengobatan TB pada kehamilan dapat menurunkan kemungkinan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi baru lahir. Pengobatan yang segera dengan obat lini pertama juga telah terbukti aman pada kehamilan dan mencegah komplikasi maternal dan perinatal yang signifikan.
Referensi:
- CDC. (2020). Treatment for TB During Pregnancy
- National Library of Medicine. (2022). Tuberculosis in pregnancy
- WebMD. (2022). Tuberculosis Treatment During Pregnancy