Definisi Gagal Ginjal Akut
Gagal Ginjal Akut (GGA) atau Acute Kidney Injury (AKI) adalah kerusakan ginjal mendadak yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari. AKI menyebabkan penumpukan produk limbah dalam darah sehingga menyulitkan ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. AKI juga dapat mempengaruhi organ lain seperti otak, jantung, dan paru-paru. AKI sering terjadi pada pasien yang berada di rumah sakit, di unit perawatan intensif, dan terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
AKI didefinisikan sebagai peningkatan kreatinin serum sebesar 0,3 mg / dL dalam waktu 48 jam atau peningkatan 50% nilai serum kreatinin dalam 7 hari. Baseline kreatinin serum merupakan nilai kreatinin serum mula-mula. Onset AKI dimulai dari hari pertama terlihatnya perubahan nilai kreatinin serum. Tahapan AKI ditentukan dengan nilai puncak level kreatinin serum setelah deteksi AKI, dengan terjadinya peningkatan sebesar 1,5-1,9, 2,0-2,9, dan ≥3 kali dari baseline yang kemudian diklasifikasikan sebagai tahap 1, 2, dan 3.
Apa Hubungan antara gagal ginjal akut dengan COVID-19?
AKI merupakan salah satu komplikasi berbahaya yang bisa terjadi akibat penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2. Penyebab gangguan ginjal pada pasien COVID-19 cenderung beragam, namun terdapat 3 hubungan yang mendasari bahwa infeksi COVID-19 dapat memperparah kerusakan ginjal.
- Pertama, virus SARS-Cov-2 dapat menyebabkan efek sitopatik (perubahan kelainan struktur sel) yang dapat langsung menyerang ginjal. Ini didukung oleh deteksi fragmen PCR Sars-Cov-2 dalam darah dan urin pada pasien COVID-19. Para ahli melaporkan saat ini bahwa SARS-Cov-2 menggunakan Angiotensin Converting Enzyme II (ACE2) yang merupakan enzim yang terdapat di paru – paru dan ginjal sebagai reseptor masuknya sel. Data susunan RNA pada jaringan manusia menunjukkan bahwa ekspresi ACE2 di organ kemih (ginjal) jauh lebih tinggi (hampir 100 kali lipat) dibandingkan dengan organ pernapasan (paru-paru). Oleh karena itu, gangguan ginjal dapat disebabkan oleh SARS-Cov-2 yang masuk ke dalam sel melalui ACE2 yang banyak diekspresikan di ginjal.
- Kedua, efek imun spesifik yang diinduksi limfosit T spesifik (antibodi) yang bereaksi dengan virus SARS-Cov-2 dapat merusak ginjal.
- Ketiga, mediator yang diinduksi virus SARS-Cov-2 memiliki efek tidak langsung pada jaringan ginjal, seperti hipoksia (kurangnya kadar oksigen dalam sel atau jaringan), dan menyebabkan rhabdomyolysis (Kerusakan jaringan otot yang menyebabkan pelepasan mioglobin ke dalam darah). Mioglobin merupakan protein pengikat besi dan oksigen yang ditemukan di jaringan otot rangka, Adanya myoglobin di dalam darah dapat merusak ginjal. Gejalanya yaitu urin berwarna gelap kemerahan, penurunan jumlah urin, lemas, dan nyeri otot. Penanganan dini dengan penggantian cairan agresif dapat mengurangi risiko kerusakan ginjal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yichun Cheng dkk patut dicatat bahwa sebagian besar pasien COVID-19 yang menjalani rawat inap memiliki resiko mengalami AKI. Studi terbaru melaporkan pasien COVID-19 derajat berat akan dapat terdeteksi infeksinya dalam sampel urin. Lebih lanjut, masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sirkulasi sistemik juga merupakan proses kunci yang mengarah ke proses kegagalan ginjal. Berdasarkan data yang dipublikasikan, lamanya waktu antara deteksi SARS-CoV-2 dalam sampel darah dan kejadian AKI adalah sekitar 7 hari.
Berdasarkan temuan diatas, dapat disimpulkan bahwa efek sitopatik SARS-CoV-2 pada sel tubulus proksimal dapat menyebabkan AKI pada pasien COVID-19. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih untuk melakukan pemantauan dini fungsi ginjal pada urin pasien COVID-19, terutama pasien dengan AKI untuk mencegah infeksi yang tidak disengaja.
Tes apa yang dilakukan untuk mengetahui apakah anda mengalami gagal ginjal akut atau AKI?
Penilaian fungsi ginjal umumnya dapat diketahui melalui beberapa indikator. Saat ini yang paling sering digunakan klinisi adalah hanya dengan kreatinin dari serum darah dan masuk ke dalam rumus perhitungan untuk mendapatkan angka eGFR = estimated Glomerular Filtration Rate.
Sebenarnya guideline penentuan fungsi ginjal dari jurnal dan Konsensus Internasional seperti KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management, menuliskan bahwa diperlukan beberapa indikator lainnya dalam penilaian fungsi ginjal tersebut yakni dengan pengukuran mikroalbuminuria, ACR dan kreatinin urin.
Sinocare ACR Analyzer merupakan salah satu produk unggulan Sinocare, perusahaan rapid test – POCT terbesar di China. Merupakan alat untuk mengukur Rasio Albumin Kreatinin yang digunakan secara praktis hanya dengan 0,8 µL urin. Sinocare ACR Analyzer dimaksudkan untuk digunakan bersama reagen kit mALB / Cr untuk menentukan menentukan secara kuantitatif mikroalbuminuria, kreatinin dan ACR (rasio mikroalbuminuria dan kreatinin) dalam sampel urin. Alat ini hanya untuk penggunaan diagnostik in vitro (IVD) yang masuk kategori alat point-of-care-test sebagai alat bantu penegakan diagnosis penyakit atau fungsi ginjal.
Sinocare ACR Analyzer memiliki beberapa kelebihan diantaranya, proses pengukuran yang praktis, karena reagen hanya tinggal dimasukkan kedalam alat untuk kemudian dibiarkan melakukan pengukuran secara otomatis selama 6,8 menit. Sinocare ACR Analyzer akan membuat pasien menjadi lebih nyaman dalam melakukan pengambilan sampel karena tidak ada rasa sakit, hanya cukup menggunakan urin dengan volume sampel yang sedikit (0,8 µL). Selain itu, Sinocare ACR Analyzer dapat diletakkan pada ruangan yang kecil karena tidak memakan banyak tempat, dan Sinocare ACR Analyzer memiliki bobot yang cukup ringan yaitu 6,5 kg.
Baca Juga : DETEKSI DINI KERUSAKAN GINJAL
Referensi:
- National Kidney Foundation, (2020). Acute Kidney Injury (AKI).
- Pan, Xw., Xu, D., Zhang, H. et al, (2020). Identification of a potential mechanism of acute kidney injury during the COVID-19 outbreak: a study based on single-cell transcriptome analysis. Intensive Care Med 46.
- Yichun Cheng, Ran Luo, Kun Wang, Meng Zhang, Zhixiang Wang, Lei Dong, Junhua Li, Ying Yao, Shuwang Ge, Gang Xu, (2020). Kidney impairment is associated with the in-hospital death of COVID-19 patients.