image article
18-April-2024
MITOS SIFILIS DIBONGKAR, FAKTA MENGGEGERKAN TERUNGKAP!

Sifilis adalah Penyakit Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Meskipun telah dikenal selama berabad-abad, sifilis tetap dikelilingi oleh berbagai mitos dan kesalahpahaman yang dapat menghambat penanganan dan pencegahan penyakit ini. 



Sifilis, penyakit yang selama ini dikelilingi oleh mitos dan stigma, ternyata memiliki fakta-fakta yang dapat mengubah pemahaman kita tentang kondisi ini. Informasi ini tidak hanya membantu menghapus stigma negatif yang menyertainya, tetapi juga memberikan pandangan yang lebih komprehensif terhadap cara penyakit sifilis mempengaruhi individu dan masyarakat secara luas. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang sifilis, diharapkan dapat meningkatkan upaya pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan yang lebih efektif.

 

Mitos 1: Sifilis Hanya Menyerang Orang yang Tidak Menjaga Kebersihan

Salah satu mitos terbesar tentang sifilis adalah bahwa penyakit ini hanya menyerang orang yang tidak menjaga kebersihan. Fakta yang sebenarnya adalah sifilis dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang tingkat kebersihan pribadi. Sifilis ditularkan melalui kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi, termasuk melalui hubungan vaginal, anal, dan oral. Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko.

 

Mitos 2: Sifilis Bisa Sembuh Sendiri Tanpa Pengobatan

Ada anggapan bahwa sifilis bisa sembuh sendiri tanpa perlu pengobatan. Faktanya adalah sifilis tidak akan sembuh tanpa intervensi medis. Jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang melalui beberapa tahap, mulai dari tahap primer, sekunder, laten, hingga tersier. Pada tahap tersier, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ tubuh, termasuk jantung, otak, dan sistem saraf, yang bisa berakibat fatal.

 

Mitos 3: Sifilis Hanya Menyerang Orang Dewasa

Banyak yang percaya bahwa sifilis hanya menyerang orang dewasa. Namun faktanya, sifilis juga bisa menyerang bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Ini dikenal sebagai sifilis kongenital. Bayi yang terinfeksi sifilis kongenital dapat mengalami berbagai komplikasi serius, termasuk kelainan pada tulang, anemia, pembesaran hati dan limpa, dan kerusakan sistem saraf. Oleh karena itu, deteksi dan pengobatan sifilis pada ibu hamil sangat penting untuk mencegah penularan ke bayi.

 

Mitos 4: Sifilis Mudah Didiagnosis dengan Gejala yang Jelas

Ada anggapan bahwa sifilis selalu menunjukkan gejala yang jelas sehingga mudah didiagnosis. Padahal faktanya, gejala sifilis bisa sangat bervariasi dan sering kali tidak disadari atau disalahartikan sebagai kondisi lain. Pada tahap primer, gejala berupa luka tidak nyeri (chancre) bisa muncul di area genital, anus, atau mulut, dan sering kali tidak disadari. Gejala tahap sekunder bisa termasuk ruam kulit, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Karena gejala yang tidak spesifik ini, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi sifilis.

 

Mitos 5: Pengobatan Sifilis Sulit dan Tidak Efektif

Beberapa orang percaya bahwa pengobatan sifilis sulit dan tidak efektif. Fakta yang menggegerkan adalah sifilis sebenarnya sangat mudah diobati, terutama jika didiagnosis pada tahap awal. Pengobatan utama untuk sifilis adalah antibiotik, biasanya berupa suntikan penisilin. Pengobatan ini sangat efektif dalam menghilangkan infeksi, terutama pada tahap awal. Namun, penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter untuk memastikan infeksi benar-benar teratasi.



Skrining infeksi adalah langkah pertama dalam mengakses perawatan dan pengobatan dini untuk mencegah penularan infeksi. Salah satu cara skrining adalah dengan melakukan suatu tes dengan menggunakan alat rapid tes sifilis sebagai uji pendahuluan. Salah satu contoh produk dari rapid tes sifilis adalah Accu-Tell® Rapid Syphilis Test (Whole Blood/Serum/Plasma)

 

Gambar 1. Accu-Tell® Rapid Syphilis Test (Whole Blood/Serum/Plasma)

 

Alat ini digunakan untuk mendeteksi secara kualitatif keberadaan antibodi (IgG dan IgM) terhadap Treponema Pallidum (TP) dalam darah utuh, serum atau plasma untuk membantu diagnosis Sifilis. Alat & bahan dalam 1 box sudah lengkap; berisi 25 buah kaset tes, 25 buah pipet kapiler plastik, 1 botol buffer dan 1 Insert Pack. Pengujian akan memberikan hasil dalam waktu 5 menit. 

Hasil dapat disebut sebagai positif apabila terbentuk dua garis berwarna pada wilayah kontrol (C) dan wilayah uji (T). Intensitas warna akan bervariasi tergantung konsentrasi antibodi Treponema Pallidum dalam spesimen. Sekalipun terbentuk garis samar di wilayah uji (T), maka dapat dipertimbangkan sebagai hasil positif.

 

Mitos-mitos tentang sifilis dapat menghambat upaya pencegahan dan pengobatan yang efektif. Penting untuk menyebarkan informasi yang benar tentang penyakit ini agar lebih banyak orang yang sadar akan risiko, gejala, dan pentingnya pengobatan dini.  Dengan membongkar mitos dan mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya, kita dapat mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan rutin dan praktik seks yang aman.




Referensi: 

  1. Augenbraun, M. H. Diagnosis and management of syphilis. American Family Physician, 57(8), 1901-1910.
  2. Workowski, K. A., & Bolan, G. A. (2015). Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2015. MMWR Recommendations and Reports, 64(RR-03), 1-137.
  3. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Syphilis - CDC Fact Sheet (Detailed). Retrieved from https://www.cdc.gov/std/syphilis/stdfact-syphilis-detailed.htm
  4. Hook, E. W., & Peeling, R. W. Syphilis control—a continuing challenge. New England Journal of Medicine, 351(2), 122-124.
  5. World Health Organization (WHO). (2016). WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). Retrieved from https://www.who.int/reproductivehealth/publications/rtis/syphilis-treatment-guidelines/en/ 
Tag
Syphilis
Bagikan
Artikel Terkait